Manfaat
Pembaharuan Teori terhadap Pendidikan
Dengan
berbagai perubahan penggunaan dasar teori giftedness, maka dampaknya adalah
perubahan cara pendeteksian, pendiagnosisan, pengasuhan, dan pendidikan
anak-anak cerdas istimewa. Namun pembaharuan dan perubahan ini memerlukan
kesepakatan baik dalam tataran perguruan tinggi yang menjadi pusat pengembangan
ilmiah, maupun dalam tataran praktikal di lapangan yang didukung oleh peraturan
pemerintah. Tanpa adanya pembaharuan dan perubahan secara nasional, maka penanganan
anak-anak cerdas istimewa Indonesia hanyalah akan bersifat sporadis, debat
panas dan kontroversial akan tetap terus berlangsung. Hal ini hanya akan
merugikan anak didik karena tak terpenuhinya tumbuh kembang anak dan pendidikan
yang mendukung kebutuhannya. Dunia pendidikan Indonesia pun akan senantiasa
tertinggal dari metoda dan tingkat mutu pendidikan secara mainstream
internasional.
Dalam kelas
reguler/inklusi dan kurikulum berdiferensiasi
Dalam
laporan penelitian tiga bagian yang salah satunya adalah penelitian metateori
yang dilakukan oleh T.Mooij dkk (2007) dari Centrum voor Begaafheid Onderzoek
(pusat penelitian giftedness) Universitas Nijmegen – Belanda, memperlihatkan
bahwa trend pendidikan anak cerdas istimewa secara mainstream kini lebih menyadari
bahwa pendidikan untuk berbagai kelompok gifted ini lebih baik berada dalam
sekolah atau kelas-kelas reguler bersama dengan anak-anak usia sebayanya. Hal
ini dimaksudkan agar anak-anak ini dapat melakukan kontak yang baik dengan peer
grup atau sebayanya, guna pengembangan sosial emosional yang tepat yaitu
pengembangan self-esteem yang baik serta self-concepts yang realistis.12
Disamping itu, anak-anak ini juga membutuhkan metoda tersendiri terutama
ditujukan pada aktualisasi prestasi dengan pendekatan multitalenta (lihat teori
multifaktor dari Kurt Heller), maka dalam kelas-kelas reguler kepadanya
diperlukan kurikulum yang sesuai dengan level masing-masing serta adanya
kurikulum berdiferensiasi. Bentuk sekolah atau kelas reguler yang menerima beragam
keunikan anak, dan memberikan tawaran pedidikan sesuai dengan keunikan anak
didik, disebut sebagai kelas atau sekolah inklusi.
Beragam
kelas atau sekolah inklusi yang banyak dikembangkan oleh berbagai negara
mempunyai beberapa keragaman. Sebagai misal, Norwegia yang telah memulai
pendidikan melalui kelas inklusi sejak adanya reformasi pendidikan tahun 1994
yang meletakkan anak-anak gifted bersama beragam anak-anak berkebutuhan khusus
lainnya seperti anak berkecerdasan kurang dan terbatas, cacat fisik primer, dan
anak-anak normal. (Bentuk seperti ini biasa disebut full-inclusion). Bentuk
sekolah atau kelas inklusi seperti ini membutuhkan tawaran pendidikan dengan
banyak level atau komptensi. Namun negara Belanda meletakkan anak gifted dalam
sekolah inklusi yang terbatas bersama 4 kelompok lainnya yaitu: penyandang
ADHD, Autisme, learning disabilities dan anak normal. Berbeda dengan model yang
dikembangkan oleh Norwegia, dalam Undang-undang pendidikan Belanda, sekolah
reguler sebagai sekolah inklusi hanya menerima anak berkecerdasan normal ke
atas, dan tidak bergangguan cacat primer. Bentuk sekolah seperti ini telah
berdiri sejak tahun 1990 dengan nama program We Zijn Weer Samen Naar School
atau Kita Kembali Sekolah Bersama-sama. Nama seperti ini diberikan karena
semula anakanak berkebutuhan khusus tersebut dipisah diletakkan di
sekolah-sekolah khusus. Bentuk pendidikan di Belanda kini lebih kepada
pendekatan sistem kompetensi atau level, dibagi dalam 3 kompetensi, yaitu
kompetensi atas, rata-rata, dan bawah. Dan juga lebih kepada pendekatan
pendidikan yang adaptif (adaptive education), dimana materi pendidikan yang
diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi murid (Mönks & Pflüger,
2005, Dodde & Luene,1995 ) Maksud diadakan kurikulum berdiferensiasi bagi
anak-anak gifted ini adalah (Mooij, 2007):
meningkatkan motivasi belajar anak didik
menghindari kebosanan dalam menempuh
pelajaran
agar perkembangan anak menjadi lebih baik
Diferensiasi
kurikulum bagi anak gifted dapat dibagi dalam 4 bentuk (Mooij dkk,
2007):
Pengkayaan (enrichment): yaitu berupa
tawaran ekstra materi pelajaran yang dimaksudkan untuk pendalaman dan
perluasan.
Pemadatan atau pemampatan (compacting):
yaitu berupa pemampatan materi pelajaran reguler. Atau dengan kata lain bahwa
pelajaran yang diberikan tidak perlu dilakukan pengulangan-pengulangan yang
memang diperlukan sebagai latihan bagi anak-anak normal13.
Paruh waktu (part-time) dalam kelompok-plus
atau kelas-plus (pull-out): dimana dalam kelompok/kelas itu diadakan ekstra
aktivitas atau program yang menantang khusus untuk anak-anak gifted. Kegiatan
dalam kelompok/kelas plus ini dilakukan beberapa jam dalam satu minggu. Bila
anak-anak gifted tersebut membutuhkan kegiatan yang menantang guna memenuhi
kebutuhan keberbakatannya, ia dapat sementara waktu keluar dari kelasnya
(pull-out), masuk ke dalam kelompok-plus atau kelas-plus tersebut, bersama-sama
dengan anakanak gifted lainnya dalam berbagai usia mengerjakan berbagai proyek
yang diminatinya. Kelas-kelas seperti ini sering juga disebut Kangaroo-class.
Percepatan (acceleration): yaitu berupa
lompat kelas (Class skipping). Namun percepatan ini membutuhkan beberapa
pertimbangan berupa:
kematangan sosial emosional
kapasitas intelektual
prestasi
adanya lompatan perkembangan didaktik
persetujuan orang tua
penerimaan guru
Perlu
psychoeducational assessment dan diagnostic
Dari penelitian-penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya, terutama di sekolah
dasar dan taman kanak-kanak, anak-anak gifted itu tidak bisa mendapatkan
program pengembangan keberbakatan yang sama antara satu anak dengan anak
lainnya. Hal ini selain disebabkan karena tumbuh kembang mereka sangat beragam
yang umumnya masih sangat krusial, disamping juga kekuatan kemampuan atau bakat
anak dari satu anak ke anak lain akan berbeda-beda. Diantara mereka masih
banyak yang membutuhkan terapi remedial terutama di bagian perkembangan bahasa
& bicara, perkembangan sosial emosional, dan perkembangan motorik halus.
Karena itu program diberikan sefleksibel mungkin ke dua arah sekaligus,
terhadap berbagai kekurangan melalui program remedial dan juga ke arah pengembangan
keberbakatannya. Setiap anak yang membutuhkan perhatian khusus akan mendapatkan
IEP (individual education program) yang dievaluasi dan dilakukan pembaharuan
program setiap satu semester. Untuk ini semua, si anak memerlukan
psychoeducational assessment and diagnostic, agar bisa ditentukan bentuk-bentuk
intervensi apa yang cocok untuknya serta bentuk program pengembangan
keberbakatan yang bagaimana yang cocok untuknya. Program akselerasi hanya
diberikan kepada mereka yang memang mampu meraih prestasi yang sangat baik,
mempunyai perkembangan sosial emsoional yang memadai jika diberikan akselerasi
berupa lompat kelas, dan mempunyai perkembangan kemampuan didaktif yang memang
sangat baik (Hoogeven dkk, 2004; Mooij dkk, 2007)14. Psychoeducational Assessment
dan diagnostic seperti yang dibutuhkan seperti ini memang belum banyak
dipelajari di Indonesia, karena itu orang tua sangat kesulitan untuk mencari
sekolah yang memang menyediakan atau mempunyai jejaring dengan pusat pelayanan
psychoeducational tersebut.
Mengutamakan
keharmonisan tumbuh kembang
Dunia
pendidikan masa kini adalah pendidikan yang meletakkan dasar-dasar keharmonisan
tumbuh kembang. Pendekatan ini bukan hanya ditujukan bagi anakanak yang
mengalami tumbuh kembang yang berbeda tetapi juga anak-anak yang mempunyai
perkembangan yang sesuai dengan patokan tumbuh kembangnya. Terlebih kepada
anak-anak gifted, yang mempunyai pola alamiah tumbuh kembang berbeda dengan
anak-anak sebayanya, maka mau tidak mau pendidikan anak-anak gifted terutama di
usia muda seperti di taman kanak-kanak dan sekolah dasar, selayaknyalah jika
keharmonisan tumbuh kembangnya justru menjadi perhatian utama. Karenanya
lingkungan belajar sejak di usia dini dan sekolah dasar harus mampu memberikan
tawaran pendidikan yang cukup sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
Dari
berbagai penelitian untuk melihat seberapa jauh sudah tawaran pendidikan yang
diberikan kepada siswa-siwa gifted, menunjukkan bahwa (Mooij, 2007):
Anak-anak gifted yang mendapatkan
pendidikan dalam sekolah khusus atau kelas khusus akan menunjukkan prestasi
pendidikan dan pengembangan kognitif yang baik, tetapi mempunyai self-concepts
atau persepsi terhadap diri sendiri yang rendah.
Program percepatan hanya dapat diberikan
kepada anak-anak gifted yang memang sudah mempunyai fungsi yang baik (secara
kognitif, prestasi, dan sosial emosional).
Dalam program pengkayaan (enrichment),
berbagai mata ajaran harus dikuasai terlebih dahulu, artinya kepada anak-anak
gifted ini diperlukan program compacting mata ajaran reguler. Hal ini
dimaksudkan agar dalam program pengkayaan dimana si anak melakukan pendalaman
dan perluasan, ia sudah menguasai dasar-dasar teori terlebih dahulu.
Sejak dini sekali anak-anak gifted
memerlukan pendidikan yang sefleksibel mungkin, individual, dukungan yang terus
menerus secara pedagogis, sosial, emosional, kognitif, pengorganisasian proses
pembelajaran, serta evaluasi dan pemantauan efek program yang diberikan
kepadanya.
Umumnya sekolah-sekolah dalam memberikan
program layanan kepada anak-anak gifted, lebih mendahulukan mata ajaran
matematika (dan science) daripada pelajaran yang lebih mengutamakan bahasa.
Karenanya justru seringkali akan memunculkan underachiever (prestasi rendah).
Karena itu program berkemampuan bahasa juga perlu diberikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar